Situasi pencak silat Indonesia bagaikan telur diujung tanduk. Bagaimana tidak, kian hari eksistensi pencak silat semakin redup. Ya, redup ditanah sendiri. Berbagai masalah semakin kompleks datang menghampiri beladiri budaya bangsa Indonesia ini. Baik dalam hal seni maupun olahraganya beladiri pencak silat Indonesia kian terkikis oleh berbagai kendala yang sulit diatasi.
Dilihat dari sejarahnya, beladiri pencak silat telah ada sejak masa Hindu Budha itu dilihat dengan corak yang ada di candi-candi, bisa dilihat candi Borobudur yang dalam dinding-dingingnya terlihat motif pertarungan. Pada masa Hindia Belanda dan Jepang pun pencak silat juga ikut berperan dalam melawan penjajah. Dimasa Hindia Belanda, pencak silat dilarang untuk dikembangkan karena dianggap dapat menumbuhkan rasa nasionalisme. Namun sebenarnya, keadaan tersebut masih membuat pencak silat tetap bisa dipelajari karena pemuda-pemuda saat itu belajar dari guru atau orang tua secara turun temurun. Berbeda dengan masa Hindia Belanda, pada masa Jepang pencak silat justru dibiarkan untuk berkembang karena dianggap bisa membantu Jepang dalam melawan tentara sekutu karena saat itu dalam konteks perang dunia.
Dimasa setelah kemerdekaan, lewat panitia persiapan persatuan pencak silat Indonesia pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang saat itu yang menjadi ketua adalah Mr. Wongsonegoro. Benar, saat itu, tujuan didirikannya IPSI adalah mempersatukan seluruh elemen aliran dan perguruan pencak silat yang ada di tanah Nusantara. Jika ditelisik lebih jauh, tanah nusantara terdapat paling banyak aliran dan perguruan pencak silat dibanding dengan negeri melayu lainnya. Dalam berbagai kesempatan, Pencak Silat bisa dibicarakan orang berasal dari tanah melayu tidak hanya dari Indonesia, tapi perihal aliran dan perguruan pencak silat, Indonesia adalah yang paling banyak
Disaat kita melihat melihat kebelakang mengenai sejarah dan perkembangan pencak silat, bisa dimaknai Pencak Silat adalah produk asli bangsa kita. Ribuan aliran dan perguruan Pencak Silat yang ada di Indonesiaa telah membuktikannya. Namun, dewasa ini aliran dan perguruan tersebut telah atau semakin redup eksistensinya. Sebagai produk bangsa yang semestinya dilesatarikan justru tak ada peminatnya, apakah kita rela membiarkan ini semua?
Muncullah pertanyaan paling mendasar, bagaiman cara menjadikan Pencak Silat dicintai masyarakat Indonesia sebagai produk negerinya? Berbagai solusi bisa diatasi dengan melihat berbagai sudut pandang.
Pertama dalam hal kultur, terbagi dalam berbagai tahapan. Untuk memasuki Pencak Silat kedalam masyarakat Indonesia adalah lewat pendidikan. Ini hal yang mungkin terjadi, mengingat kementerian pendidikan saat ini sudah menyatu kembali dengan kebudayaan, yang menjadi Depdikbud. Hal konkretnya, Depdikbud mengeluarkan kebijakan yang membuat pencak silat bisa tumbuh dan berkembang di sekolah-sekolah dasar di seluruh Indonesia. Hal ini memang yang paling tepat, semoga kebijakan yang pernah diusulkan pada masa presiden Soehato ini bisa direalisasikan. Latihan dan Pemahaman Pencak Silat masuk kurikulum sekolah, dari sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Atas, hal ini suatu yang keren dan luar biasa.
Bagian yang lain dalam menindaklanjuti perbaikan dalam hal kultur, yaitu lewat orang tua. Harusnya, orang tua bisa memasukan anak-anaknya sejak dini dengan latihan pencak silat. Ini bisa mengajarkan anak-anak tentang jadi diri bangsa dan menumbuhkembangkan kecintaan mereka terhadap budaya bangsa.
Secara sturktur, ini adalah PR pemerintah Indonesia sendiri, bagaimana tidak, struktur perguruan pencak silat di Indonesia terkesan tidak profesional dan amburadul. Ini terlihat dari perguruan-perguruan pencak silat di daerah, yang ibarat kata gulung tikar akibat manajemennya buruk, hingga akhirnya ditinggalkan murid-muridnya. Kita harus mencontoh negara Korea Selatan, negara tersebut sukses membawa beladiri Taekwondo ke belahan dunia. Ini memperlihatkan bagaimana gencarnya pemerintahan Korea Sealatan ikut mebangun struktur yang professional kedalam tubuh beladiri tersebut.
Pemerintah seharusnya sadar diri, dengan ikut bertanggung jawab terhadap pencak silat, bisa membangun diplomasi kebudayaan ke berbagai negara, yang secara langsung dapat mempengaruhi dan menguntungkan Indonesia kedepannya, termasuk bidang ekonomi, politik, dan sosial. Karena lewat budayalah semua berawal, mencontohkan Kores Selatan lagi, gelombang kebudayaan yang mereka lakukan ke berbagai negara, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut tumbuh pesat
Kesimpulannya, perbaikan secara kultur dan struktur di tubuh pencak silat Indonesia adalah cara tepat untuk menghadapi sangat minimnya cintanya rakyat Indonesia terhadap beladiri ini. Dengan dilaksanakan solusi kongkret ini, semoga prestasi pencak silat Indonesia setinggi langit dan pertumbuhan ekonomi bisa melaju pesat. Jika seluruh warga negara Indonesia bisa menanamkan nilai-nilai luhur Pencak Silat kedalam jiwa raga mereka akan berdampak domino bagi kehidupan warga Indonesia hingga kehidupan sosial menjadi lebih baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar